Selasa, 29 Maret 2011

uud 45

Pembukaan
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan
inikemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
BAB I
BENTUK DAN KEDAULATAN

Pasal 1
(1) Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
BAB II
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

Pasal 2
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan
yang ditetapkan dengan undang-undang.
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota
negara.
(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang terbanyak.
Pasal 3
Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan garis-garis besar dari
ada haluan negara.
BAB III
KEKUASAAN PEMERINTAH NEGARA

Pasal 4(1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang
Dasar.
(2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden.
Pasal 5
(1) Presiden memegang kekuasaan membentuk undang- undang dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.
(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana
mestinya.
Pasal 6(1) Presiden ialah orang Indonesia asli.
(2) Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan suara
yang terbanyak.
Pasal 7Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun, dan sesudahnya dapat
dipilih kembali.
Pasal 8
Jika Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya,
ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya.
Pasal 9
Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut:
Sumpah Presiden (Wakil Presiden):
"Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa.
"Janji Presiden (WakilPresiden):
"Sayaberjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan seluruslurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa."

Pasal 10
Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.
Pasal 11
Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
Pasal 12
Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan
dengan undang-undang.
Pasal 13(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.
(2) Presiden menerima duta negara lain.
Pasal 14
Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi.
Pasal 15
Presiden memberi gelaran, tanda jasa ,dan lain-lain tanda kehormatan.
BAB IV
DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG

Pasal 16
(1) Susunan Dewan Pertimbangan Agung ditetapkan dengan undang-undang.
(2) Dewan ini berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan Presiden dan berhak memajukan usul kepada pemerintah.
BAB V
KEMENTERIAN NEGARA

Pasal 17
(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diperhentikan oleh Presiden.
(3) Menteri-menteri itu memimpin departemen pemerintahan.
BAB VI
PEMERINTAHAN DAERAH

Pasal 18
Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar permusyawaratan
dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa.

BAB VII
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Pasal 19
(1) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat ditetapkan dengan undang-undang.
(2) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.
Pasal 20(1) Tiap-tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
(2) Jika sesuatu rancangan undang-undang tidak mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.
Pasal 21
(1) Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak memajukan rancangan undang-undang.
(2) Jika rancangan itu, meskipun disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, tidak disyahkan oleh Presiden, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.
Pasal 22
(1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang.
(2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut.
(3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus dicabut.
BAB VIII
HAL KEUANGAN

Pasal 23
(1) Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan tiap-tiap tahun dengan undang-undang. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang diusulkan pemerintah, maka pemerintah menjalankan anggaran tahun yang lalu.
(2) Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang.
(3) Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.
(4) Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang-undang.
(5) Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
BAB IX
KEKUASAAN KEHAKIMAN

Pasal 24(1) Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan lain-lain badan kehakiman menurut undang-undang.
(2) Susunan dan kekuasaan badan kehakiman itu diatur dengan undang-undang.
Pasal 25
Syarat-syarat untuk menjadi dan diperhentikan sebagai hakim ditetapkan dengan undang-undang.
BAB X
WARGA NEGARA

Pasal 26
(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
(2) Syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
BABXI
AGAMA

Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masingmasing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
BAB XII
PERTAHANAN NEGARA

Pasal 30
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.
(2) Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.
BAB XIII
PENDIDIKAN

Pasal 31
(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang.
Pasal 32
Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.
BAB XIV
KESEJAHTERAAN SOSIAL

Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Pasal 34
Fakir miskin dan anak-anakyang terlantar dipelihara oleh negara.
BAB XV
BENDERA DAN BAHASA

Pasal 35Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
Pasal 36
Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia.
BAB XVI
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR

Pasal 37
(1) Untuk mengubah Undang-Undang Dasar sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat harus hadir.
(2) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat yang hadir.
ATURAN PERALIHAN
Pasal 1
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengatur dan menyelenggarakan kepindahan pemerintahan kepada Pemerintah Indonesia .
Pasal II
Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.
Pasal III
Untuk pertama kali Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Pasal IV
Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite nasional.
ATURAN PERTAMBAHAN(1) Dalam enam bulan sesudah akhirnya peperangan Asia Timur Raya, Presiden Indonesia mengatur dan menyelenggarakan segala hal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar ini.
(2) Dalam enam bulan sesudah Majelis Permusyawaratan Rakyat dibentuk, Majelis itu bersidang untuk menetapkan Undang-Undang Dasar.
Posted on 2005-09-30

Rabu, 23 Maret 2011

Analisa estimasi biaya aktiva, pasiva

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DITINJAU DARI
RENTABILITAS, LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS
(Studi Kasus Pada PTPN X Surakarta)

 Rentabilitas
Menurut SK Menteri Keuangan RI No.826/KMK.013/1992 rentabilitas merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan modal rata- rata yang digunakan dalam tahun  yang bersangkutan atau dapat dirumuskan dengan :
Rentabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan modal yang tertanam didalamnya.


Selasa, 22 Maret 2011

jurnal

USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS
PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME

Much. Djunaidi dan Mila Faila Sufa
Laboratorium Sistem Produksi, Jurusan Teknik Industri
Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK

Perawatan pencegahan (preventive maintenance) merupakan suatu perawatan atau pemeliharaan yang dilakukan pada selang waktu yang telah ditentukan sebelumnya. PT KCI dalam melakukan perawatan komponen mesin, yang dalam hal ini adalah komponen Mould Gear masih bersifat corrective maintenance, artinya komponen akan diganti apabila benar-benar telah mengalami kerusakan. Usulan dalam perawatan pencegahan ini difokuskan pada komponen kritis pada mould gear. Data yang digunakan adalah data kerusakan komponen pada Bulan Juli 2006. Metode yang digunakan untuk menentukan interval waktu penggantian pencegahan adalah metode Age Replacement yaitu menentukan interval penggantian pencegahan berdasarkan umur optimal komponen. Komponen yang diamati dalam tulisan ini adalah komponen mould dan blow head.
Dari hasil perhitungan yang dilakukan maka diketahui interval waktu penggantian pencegahan dengan menggunakan metode Age Replacement untuk komponen mould = 49 jam dan blow head = 42 jam. Setelah dilakukan perawatan berupa penggantian pencegahan tersebut maka nilai availability dari mould gear sebesar 86.287 %.

Kata kunci : mould gear, preventive maintenance, age replacement, reliability,
availability.


Latar Belakang
Untuk menghasilkan produk dengan harga yang kompetitif, perusahaan harus mampu mengoptimalkan segala sumber daya yang dimilikinya. Dengan demikian, perusahaan akan mampu menghasilkan produk atau output yang sesuai dengan target serta mampu mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul, sehingga akan meningkatkan produktivitas dan harga jual produk.
Mesin produksi merupakan salah satu dari sumber daya yang ada yang harus dioptimalkan penggunaannya. Untuk menjamin agar mesin bisa beroperasi dengan baik dan optimal diperlukan adanya suatu sistem perawatan yang baik pula. Sistem perawatan yang kurang baik akan menyebabkan mesin mudah rusak dan proses produksi akan terganggu bahkan terhenti.
PT. KCI merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi botol gelas (glass packaging). Bagi perusahaan, mesin memegang peranan yang sangat vital untuk mendukung jalannya proses produksi sebab hampir semua proses produksi yang berlangsung menggunakan mesin, terutama dalam hal ini adalah mould gear (alat pencetak botol). Oleh sebab itu perawatan yang terencana dengan baik merupakan hal yang sangat penting agar proses produksi berjalan lancar.
Sistem perawatan mesin, khususnya mould gear, yang dilakukan PT. KCI selama ini masih bersifat korektif yaitu perawatan setelah terjadi kerusakan. Kerusakan komponen ini biasanya akan ditandai dengan ditemukannya banyak produk yang mengalami kecacatan (reject).

Perumusan Masalah
Peranan perawatan tehadap komponen mould gear sangat penting artinya untuk mencegah terjadinya kecacatan produk masal dan mencegah terjadinya downtime produksi. Dan perawatan yang paling baik digunakan adalah perawatan pencegahan sebelum terjadinya kerusakan (preventive maintenance). Untuk itu, disini akan dirumuskan mengenai “usulan perawatan pencegahan komponen kritis dari alat pencetak botol (mould gear) berdasarkan kriteria minimasi downtime”.

LANDASAN TEORI
Beberapa pengertian perawatan (maintenance) menurut ahli :
1. Menurut Corder (1988), perawatan merupakan suatu kombinasi dari tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam, atau untuk memperbaikinya sampai, suatu kondisi yang bisa diterima.
2. Menurut Assauri (1993), perawatan diartikan sebagai suatu kegiatan pemeliharaan fasilitas pabrik serta mengadakan perbaikan, penyesuaian atau penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang sesuai dengan yang direncanakan.
3. Menurut Dhillon (1997), perawatan adalah semua tindakan yang penting dengan tujuan untuk menghasilkan produk yang baik atau untuk mengembalikan kedalam keadaan yang memuaskan.
Sedang tujuan dilakukan perawatan menurut Corder (1988) adalah antara lain:
1. Memperpanjang kegunaan aset (yaitu setiap bagian dari suatu tempat kerja, bangunan dan isinya)
2. Menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi atau jasa untuk mendapatkan laba investasi semaksimal mungkin
3. Menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu
4. Menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut
Blanchard (1980) mengklasifikasi perawatan menjadi 6 bagian, yaitu:
1. Corrective Maintenance, merupakan perawatan yang terjadwal ketika suatu sistem mengalami kegagalan untuk memperbaiki sistem pada kondisi tertentu.
2. Preventive Maintenance, meliputi semua aktivitas yang terjadwal untuk menjaga sistem / produk dalam kondisi operasi tertentu. Jadwal perawatan meliputi periode inspeksi.
3. Predictive Maintenance, sering berhubungan dengan memonitor kondisi program perawatan preventif dimana metode memonitor secara langsung digunakan untuk menentukan kondisi peralatan secara teliti.
4. Maintenance Prevention, merupakan usaha mengarahkan maintenance free design yang digunakan dalam konsep “Total Predictive Maintenance (TPM)”. Melalui desain dan pengembangan peralatan, keandalan dan pemeliharaan dengan meminimalkan downtime dapat meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya siklus hidup.
5. Adaptive Maintenance, menggunakan software komputer untuk memproses data yang diperlukan untuk perawatan.
6. Perfective Maintenance, meningkatkan kinerja, pembungkusan/ pengepakan/ pemeliharaan dengan menggunakan software komputer.
Preventive maintenance dibedakan atas dua kegiatan (Assauri, 1993), yaitu:
1. Routine Maintenance, yaitu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara rutin, sebagai contoh adalah kegiatan pembersihan fasilitas dan peralatan, pemberian minyak pelumas atau pengecekan oli, serta pengecekan bahan bakar dan sebagainya.
2. Periodic Maintenance, yaitu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara berkala. Perawatan berkala dilakukan berdasarkan lamanya jam kerja mesin produk tersebut sebagai jadwal kegiatan misalnya setiap seratus jam sekali.

Konsep Reliability (Keandalan)
Keandalan dapat didefinisikan sebagai probabilitas sistem akan memiliki kinerja sesuai fungsi yang dibutuhkan dalam periode waktu tertentu (Ebeling, 1997). Definisi lain keandalan adalah probabilitas suatu sistem akan berfungsi secara normal ketika digunakan untuk periode waktu yang diinginkan dalam kondisi operasi yang spesifik (Dhillon, 1997).
Berdasarkan definisi diatas, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Probabilitas, dimana nilai reliability adalah berada diantara 0 dan1.
2. Kemampuan yang diharapkan, harus digambarkan secara terang atau jelas. Untuk setiap unit terdapat suatu standar untuk menentukan apa yang dimaksud dengan kemampuan yang diharapkan.
3. Tujuan yang diinginkan, dimana kegunaan peralatan harus spesifik. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa tingkatan dalam memproduksi suatu barang konsumen.
4. Waktu, merupakan parameter yang penting untuk melakukan penilaian kemungkinan suksesnya suatu sistem.
5. Kondisi Lingkungan, mempengaruhi umur dari sistem atau peralatan seperti suhu, kelembaban dan kecepatan gerak. Hal ini menjelaskan bagaimana perlakuan yang diterima sistem dapat memberikan tingkat keandalan yang berbeda dalam kondisi operasionalnya.

Konsep Maintainability (Keterawatan)
Keterawatan didefinisikan sebagai probabilitas suatu sistem / komponen akan kembali pada keadaan yang memuaskan dan dalam kondisi operasi mampu mencapai waktu downtime minimum (Dhillon, 1997). Definisi lain keterawatan adalah probabilitas bahwa komponen atau sistem yang rusak akan diperbaiki ke dalam suatu kondisi tertentu dalam periode waktu tertentu sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan (Ebeling, 1997).
Prosedur perawatan melibatkan perbaikan, ketersediaan sumber daya perawatan (tenaga kerja, suku cadang, peralatan, dsb), program perawatan pencegahan, keahlian tenaga kerja dan jumlah orang yang termasuk di dalam bagian perawatan tersebut.

Konsep Availability (Ketersediaan)
Ketersediaan dapat didefinisikan sebagai probabilitas suatu sistem beroperasi sesuai fungsinya dalam suatu waktu tertentu dalam kondisi operasi yang telah ditetapkan (Ebeling, 1997). Sehingga ketersediaan merupakan fungsi dari suatu siklus waktu operasi (reliability) dan waktu downtime (maintainability).

Mean Time To Repair (MTTR)
Ada beberapa cara pengukuran keterawatan, namun yang paling sering digunakan dan yang akan dibahas pada bagian ini adalah Mean Time To Repair (MTTR). Secara umum waktu perbaikan dapat diberlakukan sebagai variabel random karena kejadian yang berulang-ulang dapat mengakibatkan waktu perbaikan yang berbeda-beda.
MTTR diperoleh dengan menggunakan rumus (Ebeling, 1997):
…...(1)
Dimana:
h(t) adalah fungsi kepadatan peluang untuk data waktu perbaikan.
H(t) adalah fungsi distribusi kumulatif untuk data waktu perbaikan.
t adalah waktu.

Penggantian Komponen Kritis Dengan Meminimumkan Downtime
Pada dasarnya, downtime didefinisikan sebagai waktu suatu sistem / komponen tidak dapat digunakan (tidak berada dalam kondisi yang baik) sehingga membuat fungsi sistem tidak berjalan (Gaspersz, 1992). Prinsip utama dalam manajemen sistem perawatan adalah untuk menekan periode kerusakan (breakdown period) sampai batas minimum, maka keputusan penggantian komponen sistem berdasarkan downtime minimum menjadi sangat penting.
Permasalahannya adalah penentuan waktu terbaik untuk mengetahui kapan penggantian harus dilakukan untuk meminimasi total downtime. Konflik yang dihadapi adalah: (1) peningkatan frekuensi penggantian dapat meningkatkan downtime karena penggantian tersebut, tetapi dapat mengurangi waktu downtime akibat terjadi kerusakan, (2) pengurangan frekuensi penggantian akan menurunkan downtime karena penggantian, tetapi konsekuensinya adalah kemungkinan peningkatan downtime karena kerusakan. Dari dua kondisi di atas, diharapkan untuk dapat menghasilkan keseimbangan diantara keduanya. (Jardine, 1973).
Pada model ini terdapat dua jenis model standar bagi permasalahan penggantian yaitu model Block Replacement dan model Age Replacement.
Block Replacement
Model ini menentukan interval penggantian optimal diantara penggantian pencegahan untuk meminimasi total downtime (Jardine, 1973). Pada model block replacement, tindakan penggantian dilakukan pada suatu interval yang tetap.
Model ini digunakan jika diinginkan adanya konsistensi interval penggantian pencegahan yang telah ditentukan, walau sebelumnya telah terjadi penggantian yang disebabkan adanya kerusakan.
Age Replacement
Pada model ini penggantian pencegahan dilakukan tergantung pada umur pakai dari komponen. Tujuan model ini menentukan umur optimal dimana penggantian pencegahan harus dilakukan sehingga dapat meminimasi total downtime. (Jardine, 1973). Penggantian pencegahan dilakukan dengan menetapkan kembali interval waktu penggantian pencegahan berikutnya sesuai dengan interval yang telah ditentukan jika terjadi kerusakan yang menuntut dilakukannya tindakan penggantian.
Karena tinjauan yang dilakukan dalam tulisan ini hanya terhadap satu komponen saja, maka perhitungan untuk penggantian pencegahan menggunakan model age replacement. Adapun formulasi perhitungan model age replacement adalah sebagai berikut (Jardine, 1973):
(2)
Dimana:
D(tp) = total downtime per unit waktu untuk penggantian preventif
tp = panjang dari siklus (interval waktu) preventif
Tp = downtime karena tindakan preventif (waktu yang diperlukan untuk penggantian komponen karena tindakan preventif)
Tf = downtime karena kerusakan komponen (waktu yang diperlukan untuk penggantian komponen karena kerusakan)
R(tp) = peluang dari siklus preventif (pencegahan)
M(tp) = nilai harapan panjang siklus kerusakan (kegagalan)


Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, telah diambil data yang terkait dengan permasalahan yang sedang dibahas, yaitu data yang diambil pada Bulan Juli 2006.

Data Downtime Mould Gear
Langkah pertama adalah pengambilan data downtime komponen mould dan blowhead pada Mould Gear. Pengamatan dilakukan terhadap mesin yang mengalami total downtime kerusakan terbesar adalah M/c.21. Mesin M/c.21 merupakan mesin pencetak botol. Data kerusakan terdapat pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3.
Mould berfungsi alat pencetak botol yang akan membentuk badan (body) botol sebenarnya. Sedangkan blow head berfungsi untuk meniupkan angin pada cetakan terakhir sehingga terbentuk body botol.
Tabel 1. Data Prosentase Downtime Komponen Mould Gear pada M/c.21
No Komponen Total Downtime (jam) Persentase DT
1 Mould 17.08 26.12
2 Blank 18.83 28.79
3 Baffle 1.75 2.68
4 Funnel 0 0
5 Blow head 9.67 14.79
6 Plunger 1.58 2.42
7 Cooler 0 0
8 Neck ring 14.91 22.8
9 T.O.T 0 0
10 Thimble 1.58 2.42
TOTAL 65.4 100




Tabel 2. Data Kerusakan Komponen Mould pada M/c.21
No Tanggal Waktu Kerusakan Downtime (jam) Time To Failure (jam)
1 02/07/06 08.30 - 10.25 1.92 -
2 04/07/06 21.00 - 22.45 1.75 58.58
3 08/07/06 21.00 - 23.10 2.17 70
4 10/07/06 19.35 - 21.35 2 44.41
5 16/07/06 14.15 - 16.05 1.83 88.67
6 21/07/06 10.45 - 12.15 1.83 73.67
7 23/07/06 07.30 - 09.35 2.08 43.05
8 25/07/06 09.00 - 10.45 1.75 46.42
9 29/07/06 10.10 - 11.55 1.75 47.42

Tabel 3. Data Kerusakan Komponen Blow Head pada M/c.21
No Tanggal Waktu Kerusakan Downtime (jam) Time To Failure (jam)
1 01/07/06 21.00 - 22.10 1.17 -
2 03/07/06 03.25 - 04.20 0.92 52.25
3 07/07/06 23.30 - 24.35 1.08 43.17
4 09/07/06 07.35 - 08.35 1 31
5 11/07/06 10.00 - 10.50 0.83 49.42
6 15/07/06 11.50 - 12.55 1.08 49
7 18/07/06 16.25 - 17.35 1.17 75.50
8 24/07/06 09.10 - 10.20 1.17 87.59
9 28/07/06 16.30 - 17.45 1.25 53.75

Analisis Pemilihan Distribusi
Pemillihan distribusi ini dilakukan dengan menggunakan metode Least Square Curve Fitting yaitu berdasarkan nilai index of fit yang paling besar. Pemilihan distribusi ini terdiri dari Distribusi Weibull, Distribusi Eksponensial, Distribusi Normal, atau Distribusi Lognormal, dimana distribusi yang dipilih adalah distribusi yang memiliki nilai index of fit terbesar.
Hasil perhitungan berdasarkan index of fit masing-masing komponen terlihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Berdasarkan pada hasil Tabel 4 dan Tabel 5, langkah selanjutnya adalah perhitungan parameter berdasarkan pada distribusi yang terpilih sementara. Metode yang digunakan adalah Maximum Likelihood Estimator (MLE). Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 4. Pemilihan distribusi berdasarkan index of fit untuk data time to failure

Komponen Distribusi Index of fit
Mould Eksponensial 0.980076
Blow Head Eksponensial 0.966588


Tabel 5. Pemilihan distribusi berdasarkan index of fit untuk data downtime

Komponen Distribusi Index of fit
Mould Eksponensial 0.980297
Blow Head Weibull 0.984069

Tabel 6. Hasil Perhitungan MLE untuk Data Time To Failure
Komp. Distribusi Terpilih Parameter
Mould Lognormal μ = 4,044501
tmed = 57,082695
s = 0,255220
Blow Head Lognormal μ = 3,966061
tmed = 54,383511
s = 0,299708

Berdasarkan hasil dari Tabel 6, selanjutnya dilakukan uji kecocokan distribusi yang terpilih (sementara) untuk memastikan bahwa distribusi yang terpilih itu benar-benar sesuai atau tidak. Bila ternyata setelah melalui uji kecocokan tersebut terjadi ketidaksesuaian distribusi, maka akan dipilih nilai index of fit terbesar kedua, dihitung parameternya dan diuji lagi distribusinya, demikian seterusnya hingga diperoleh kecocokan.
Uji-uji kecocokan distribusi yang digunakan bukan merupakan uji yang sifatnya umum, yaitu Uji Chi-Square, melainkan uji yang sifatnya khusus bagi tiap-tiap distribusi, yakni: Distribusi Weibull dipakai Mann’s Test, Distribusi Eksponensial dengan Bartlett Test, Distribusi Normal dan Lognormal dengan Kolmogorov-Smirnov Test.
Hasil dari pengujian tersebut, ternyata pada komponen Mould dan Blow Head tidak sesuai dengan index of fit terbesarnya yaitu Distribusi Eksponensial sehingga distribusi yang dipakai adalah Distribusi Lognormal.

Analisis Perhitungan MTTF
Setelah didapat distribusi yang sesuai, maka selanjutnya adalah dilakukan perhitungan MTTF berdasarkan pada parameter distribusi yang terpilih. MTTF adalah waktu rata-rata terjadinya kerusakan. Perbedaan distribusi menyebabkan perbedaan cara perhitungan MTTF, karena parameter yang digunakan tidak sama. Hasil perhitungan MTTF untuk tiap komponen dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Perhitungan MTTF
Komponen Distribusi MTTF (jam)
Mould Lognormal 64,85211
Blow Head Lognormal 56,881687

Dari Tabel 7, didapat nilai MTTF untuk masing-masing komponen kritis. Nilai MTTF sebesar 64,85211 jam pada komponen mould menunjukkan bahwa setelah satu kerusakan terjadi, maka kurang lebih 64,85211 jam kemudian akan terjadi kerusakan lagi. Hal yang sama berlaku untuk komponen blow head.

Analisis Perhitungan MTTR
Perhitungan MTTR ini adalah berdasarkan data downtime, yang sebelumnya juga dilakukan uji kecocokan distribusi dan hasilnya sesuai, sehingga perhitungannya berdasarkan distribusi yang sesuai tersebut. MTTR merupakan rata-rata waktu perbaikan kerusakan komponen.
Hasil perhitungan MTTR untuk tiap komponen dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Perhitungan MTTR
Komponen Distribusi MTTR (jam)
Mould Lognormal 1,897708
Blow Head Weibull 1,084437

Analisis Penentuan Interval Waktu Penggantian Pencegahan
Model penggantian pencegahan yang digunakan adalah model Age Replacement yaitu menghitung umur optimal komponen sebelum dilakukan penggantian pencegahan. Dapat dikatakan bahwa apabila terjadi kerusakan sebelum waktu yang telah ditentukan, maka penggantian komponen selanjutnya adalah dilakukan setelah komponen tersebut mencapai umur optimalnya, dihitung dari saat penggantian terakhir komponen sehingga dengan demikian pemakaian dari suatu komponen selalu optimal dan tidak terjadi pemborosan karena penggantian yang tidak perlu.
Untuk melakukan penggantian pencegahan ini dilakukan perhitungan yang sifatnya trial and error hingga diperoleh nilai downtime minimum. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Interval Waktu
Penggantian Pencegahan
Komponen Interval penggantian pencegahan (jam)
Mould 49
Blow Head 41

Analisis Perhitungan Availability Komponen Kritis
Availability merupakan probabilitas suatu komponen dapat beroperasi sesuai fungsinya dalam suatu waktu tertentu. Angka probabilitas availability menunjukkan kemampuan komponen untuk berfungsi setelah dilakukan tindakan perawatan terhadapnya. Dengan demikian semakin besar nilai availability menunjukkan semakin tinggi kemampuan komponen tesebut, atau dapat dikatakan semakin nilai availability mendekati satu, maka semakin baik keadaan komponen tersebut untuk dapat beroperasi sesuai fungsinya.
Hasil perhitungan nilai availability komponen kritis pada mesin M/c.21 dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Nilai Availability
Komponen Kritis
Komponen Nilai Availability setelah penggantian pencegahan
Mould 0,981269009
Blow Head 0,988196593

Analisis Perhitungan Tingkat Keandalan (Reliability) Komponen Kritis
Inti dari tindakan perawatan pencegahan ini adalah untuk menentukan tingkat keandalan komponen kritis. Perhitungan tingkat keandalan ini dilakukan untuk kondisi sebelum dan sesudah adanya tindakan perawatan pencegahan dalam beberapa waktu, dengan demikian bisa didapatkan suatu gambaran yang jelas bagaimana suatu sistem perawatan pencegahan dapat meningkatkan keandalan.
Berikut ini adalah hasil perhitungan tingkat keandalan komponen kritis kondisi sekarang dan kondisi usulan setelah waktu operasi 100 jam. Tingkat keandalan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Tingkat keandalan komponen
Komponen Sekarang Usulan
Mould 0,014017 1
Blow Head 0,021059 0,999887
Analisis Perhitungan Availability Mould Gear pada M/c.21 Setelah Dilakukan Perawatan Pencegahan Pada Komponen Kritis.
Berdasarkan hasil perhitungan availability pada masing-masing komponen kritis setelah dilakukan perawatan pencegahan, maka kita dapat mengetahui availability Mould Gear pada mesin M/c.21 yaitu sebesar 86,287 %. Ini artinya bahwa setelah dilakukan tindakan perawatan pencegahan terhadap dua komponen yaitu Mould dan Blow Head, maka kerusakan Mould Gear pada mesin M/c.21 dapat terselesaikan atau teratasi sebesar 86.287 % dari total kerusakan Mould Gear pada mesin M/c.21.

Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Keandalan komponen mengalami peningkatan yang signifikan setelah dilakukan perawatan pencegahan (preventive maintenance), yaitu komponen mould diganti setelah tp = 49 jam, komponen blow head diganti setelah tp = 41 jam, sehingga availability untuk komponen yang diamati mengalami peningkatan.
2. Hasil perhitungan tingkat keandalan komponen yang diamati pada kondisi sekarang dan kondisi usulan setelah waktu operasi 100 jam.
Komponen Sekarang Usulan
Mould 0,014017 1
Blow Head 0,021059 0,999887
Setelah dilakukan perawatan pencegahan terhadap komponen kritis, maka availability Mould Gear meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, S. 1993. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE-UI), Jakarta.
Blanchard, B.S. 1980. Maintainability: A Key to Effective Serviceability and Maintenance Management. Wiley Series, USA.
Corder, A.S. 1988. Teknik Manajemen Pemeliharaan. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Dhillon, B.S. 1997. Reliability Engineering in System Design and Operation. Van Nostrand Reinhold Company, Inc., Singapore.
Ebeling, C.E. 1997. An Introduction to Reliability and Maintainability Engineering. The Mc-Graw Hills Companies Inc., Singapore.
Gaspersz, V. 1992. Analisis Sistem Terapan: Berdasarkan Pendekatan Teknik Industri. Penerbit “Tarsito”, Bandung.
Jardine, A.K.S. 1973. Maintenance, Replacement, and Reliability. Pitman Publishing Corporation, Canada.


Kamis, 10 Maret 2011

proses manufaktur


AS PROSES MANUFACTUR
PENGECORAN LOGAM DI DESA BATUR, CEPER, KLATEN
( PROSES PEMBUATAN PULLEY )



Disusun oleh :
  1. Paryadi D 600 090 014
  2. Rizky Novitasari D 600 090 021
  3. Dina Ariningsih D 600 090 026
  4. Akhnanto Kuntadi D 600 090 030
  5. Roh Fitri Ningrum D 600 090 041

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010


BAB I
KLASIFIKASI PRODUK


1.1. Nama Produk
Dalam penelitian yang kami lakukan di “ UD. Karya Rini “, kami memilih objek penelitian berupa pulley. Sebenarnya banyak produk yang dihasilkan di UD. Karya Rini ini. Misalnya, barbel, roda lori, perkakas rumah tangga, dll. Kami memilih objek pulley karena objek terbuat dari bahan baja dan arang RRT yang sering menjadi objek observasi dan sebagai barang yang banyak diproduksi di tempat tersebut sehingga mempermudah kami untuk menganalisa data. Dari segi bentuk, produk ini tidak terlalu besar sehingga memiliki analisa perhitungan yang tidak terlalu rumit.


Gambar 1.1 Contoh Pulley

1.2. Fungsi dan Kegunaan Produk
Fungsi dan kegunaan dari pulley adalah sebagai alat bantu penggerak mesin diesel. Pulley yang diamati adalah pulley diesel yang digunakan untuk mesin traktor yang bertipe G 1000 Booxer. Dengan daya 5 HP dan berkekuatan

1.3. Desain Produk
Dalam proses ini desain yang diinginkan mempunyai sifat efisien dan efektif dalam hal pembuatannya dan pencetakannya. Hal ini diharapkan agar produk yang dibuat tidak banyak yang cacat dan boros bahan baku. Dalam pembuatan desain produk harus memperhatikan panjang, lebar, tebal, luas, dan volume agar tidak terjadi kecacatan produk dalam jumlah banyak.
Dalam merancang desain ini hal yang diharapkan adalah bentuk desain mudah dibuat dan tidak boros bahan baku. Sehingga apabila terjadi cacat produk cetakan mudah dibenahi dan didesain ulang dengan acuan desain sebelumnya.

1.3.1. Gambar Produk
Gambar desain dilampirkan pada laporan

1.3.2. Material ( Pemilihan Bahan Baku )
Material atau bahan baku dasar yang kami amati dalam pembuatan pulley adalah baja karbon. Sedangkan untuk pembuatan cetakan dengan menggunakan pasir pantai, pasir kali, dan gamping. Dan untuk pembakaran dengan menggunakan arang RRT.

1.3.3. Spesifikasi Bahan
Bahan yang digunakan baja cor paduan. Baja cor yang ditambah unsur - unsur paduan seperti, mangan, khrom, molibden atau nikel yang ditambahkan untuk memberikan sifat khusus dari baja tersebut, misalnya sifat ketahanan aus, sifat ketahanan asam dan korosi atau keuletan.

1.3.4. Kekuatan Bahan
Baja karbon yaitu paduan antara besi dan karbon yang mengandung unsur karbon kurang dari 1,7 %. Sebagai tambahan selain karbon, baja cor mengandung Silikon (Si), Mangan (Mn), Fosfor (P), dan Sulfur (S).
Karbon sebagai unsur paling penting mempunyai pengaruh sangat besar terhadap sifat mekanik, seperti: kekuatan tarik, regangan patah, kekerasan, dll.
Karbon dan silikon mempunyai fungsi yang hampir sama, keduanya mendorong pembentukan grafit sehingga kandungan kedua unsur ditentukan berdasarkan harga tingkat kejenuhan karbon.
Mangan dibutuhkan untuk merangsang pembentukan struktur perlit dan diperlukan untuk mengikat sulfur membentuk senyawa MnS.
Fosfor diperlukan untuk pembuatan benda cor tipis, namun pemberian terlalu banyak bisa mengakibatkan timbulnya lubang - lubang kecil pada permukaan.



Daftar kekuatan tarik, tegangan uji  perpanjangan dan keterangan lain:
Macam
Kekuatan tarik (min)
Tegangan uji 0,2% (min)
Perpan
jangan (min)
Struktur utama

Kg/mm2
Min
Min
Daerah kekerasan Brinel
Struktur utama
70 – 2
60 – 2
50 – 7

42 – 12
38 – 17
70
60
50

42
38
45
40
35

28
24
2
2
7

12
17
230 – 300 HB
230 – 300 HB
230 – 300 HB

230 – 300 HB
230 – 300 HB
Perlit
Perlit
Perlit
Ferit
Ferit
Ferit
Tabel 1.3.4  Kekuatan tarik, tegangan uji dan perpanjangan

a.     Kekuatan Tarik dan Perpanjangan
            Kekuatan tarik berbanding lurus dengan kekerasan. Meningkatnya kadar karbon dari 0,0 % sampai 1,0 % bersamaan dengan kekerasan dan kekuatan tarik meningkat. Dan ternyata naik dari kira-kira 400 N/mm2 pada karbon 0,1 % sampai kira-kira 1000 N/mm2 pada karbon 1,0 % dan sesudah itu menurun lagi.

b. Kekerasan
        Kadar karbon meningkat dari 0,0 % - 0,8 % kadar perlit akan meningkat. Dan jenis baja 42 dengan kadar karbon yang meningkat dari 0,8 % - 1,5 % mengandung lebih banyak sementit.

c.    Sifat coran baja karbon
        Apabila kadar karbon dari baja cor karbon bertambah maka  kekuatannya bertambah, sedangkan perpanjangannya, pengecilan luas dan harga benturnya berkurang dan menjadi sukar dilas. Penambahan mangan juga memberikan kekuatan tarik yang lebih tinggi tetapi pengaruhnya kurang dibandingkan dengan karbon.

d.    Struktur mikro baja cor
Struktur mikro baja cor yang memiliki kandungan karbon kurang dari 0,8 % terdiri dari ferit dan perlit. Struktur mikro baja cor yang memiliki kandungan karbon lebih dari 0,8 % terdiri dari sementit (Fe3C) dan perlit.
    Kelarutan karbon di dalam ferit sangat kecil max. 0,02% sehingga struktur mikro mempunyai kekerasan sekitar 60 HB, mampu tarik sekitarnya 200 N/mm2, titik luluhnya 100 N/mm2) dengan regangan patah 80%.
Perlit sebagai lapisan ferit dan sementit. Perlit memiliki kekerasan sekitar 160 - 180 HB.
Grafit adalah kumpulan karbon yang dihasilkan selama proses pembekuan dan pendinginan lambat. Grafit memberikan pengaruh sangat besar terhadap sifat-sifat mekanik besi cor kelabu. Karakteristik grafit didalam besi cor dikelompokan dalam bentuk, distribusi dan ukuran.



1.4. Rencana Proses ( dari awal hingga akhir pengerjaan )




















    Gambar 1.4. Urutan proses pengecoran









  
Keterangan Gambar:
1. Bahan Baku
Pada proses pengecoran ini diawali dengan melakukan pemilihan bahan baku pengecoran yaitu baja.
            Gambar 1.4.1 Bahan Baku

2. Tungku
Bahan baku dimasukkan ke dalam tungku yang digunakan untuk melelehkan bahan baku tersebut dengan suhu tertentu.

3. Ladel
Setelah baja karbon meleleh kemudian ditempatkan di penampung cairan besi sementara yang dikeluarkan oleh kupola.
            Gambar 1.4.2 Kupola berisi logam cair dan ladel
4. Sistem Pengolahan Pasir
Mempersiapkan terlebih dahulu tumpukan pasir untuk membantu dalam pencetakan.

5. Pembuatan Cetakan
Sebelum dilakukan pengecoran, hal yang harus dilakukan adalah menyiapkan cetakan terlebih dahulu. Dalam pembuatan cetakan UD. Karya Rini ini menggunakan cetakan pasir. Pasir yang digunakan dalam pengecoran adalah pasir silika. Alasan pemakaian pasir karena murah dan ketahanannya terhadap temperature tinggi.







Gambar 1.4.3 Pembuatan cetakan

6. Penuangan
Setelah bahan baku diolah dan menjadi cair, kemudian dimasukkan ke dalam ladel. Kemudian diangkat dengan jintung, lalu cairan bahan baku dimasukkan kedalam cetakan pasir.







Gambar 1.4.4 Penuangan logam cair ke cetakan

7. Pembongkaran
        Setelah mengalami waktu pendinginan dan pengerasan dilakukan pembongkaran cetakan pasir.

8. Pembersihan
Setelah itu logam diangkat dan dipindah di bagian handslept untuk menghilangkan bekas cairan

9. Finishing
Setelah produk di bersihkan, dilakukan proses finishing dengan menggunakan mesin bubut. Setelah melalui mesin bubut, produk sudah jadi dan bisa dilakukan proses packing.
























KANBAN: TINJAUAN TERAPAN

KANBAN: TINJAUAN TERAPAN



oleh Muhamad Shiroth


Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok, 1998


 


Latar Belakang


Toyota telah mencapai popularitasnya di manufaktur dunia setelah menggunakan sistem just in time (JIT). Untuk membuat sistem ini berjalan dengan baik, proses lanjutan harus mengikuti proses sebelumnya dalam mempersiapkan bagian dan material pada saatnya. Sistem kanban dibuat untuk mengatasi kesulitan ini, untuk mengindikasikan proses mana yang membutuhkan apa dan memungkinkan berbagai proses untuk dapat berkomunikasi secara efisien. Perencanaan produksi perusahaan hanya diberikan kepada baris perakitan akhir. Ketika mencapai proses sebelumnya untuk mengambil parts dan material, sistem ini menciptakan rantai komunikasi dengan proses sebelumnya, dan setiap proses secara otomatis mengetahui berapa dan kapan memproduksi parts dan material yang ditugaskan untuk diproduksi.


Sistem kanban mempunyai tujuan sederhana untuk dicapai: eliminasi berbagai jenis waste yang merugikan perusahaan melalui peningkatan aktivitas. Pemikiran dibalik itu adalah pengurangan biaya sehingga akan meningkatkan keuntungan. Pengurangan biaya dan peningkatan produktivitas dicapai melalui pengeliminasian berbagai waste seperti persediaan dan tenaga kerja yang berlebihan. Pengeliminasian ini secara langsung menjadi obat bagi pengeliminasian overproduksi. Empat jenis waste dapat ditemukan dalam operasi manufaktur produksi:


  1. Sumber daya produksi yang berlebihan
  2. Overproduksi
  3. Persediaan yang berlebihan
  4. Investasi modal yang tidak perlu


Pertama, waste dalam lapangan kerja manufaktur yang utama adalah adanya sumber daya produksi yang berlebihan , yaitu: tenaga kerja, fasilitas, dan persediaan yang berlebihan. Ketika elemen-elemen ini terjadi dalam jumlah lebih dari yang diperlukan, baik itu orang, peralatan, material, atau produk, hal-hal itu hanya akan meningkatkan biaya dan tidak mempunyai nilai. Contohnya: mempunyai tenaga kerja yang berlebihan akan mengarah ke biaya personil yang berlebihan, mempunyai fasilitas yang berlebihan maka biaya depresiasi yang berlebihan, dan mempunyai persediaan yang berlebihan mengarah ke beban bunga yang berlebihan.


Selanjutnya, sumber daya produksi yang berlebihan menciptakan waste sekunder yaitu overproduksi, sebagai jenis waste terburuk. Overproduksi akan terus terjadi ketika operasi yang penting harus dihentikan. Ini menciptakan jenis waste yang ketiga dalam manufaktur yaitu persediaan yang berlebihan. Persediaan ekstra membutuhkan lebih banyak tenaga kerja, peralatan, dan lantai untuk mengangkut dan menyimpan persediaan. Pekerjaan ekstra ini selanjutnya membuat overprodulsai menjadi tidak terlihat/invisible.


Dengan adanya sumber daya, overproduksi, dan persediaan yang berlebihan sepanjang waktu, penampakan akan tipe keempat dari waste akan muncul. Tipe keempat ini adalah investasi modal yang tidak perlu, termasuk:


  1. Membangun gudang untuk menyimpan persediaan ekstra
  2. Menyewa pekerja ekstra untuk mengangkut persediaan ke gudang baru
  3. Membeli pengangkut untuk setiap pengangkutan
  4. Menyewa petugas pengawas persediaan untuk bekerja di gudang yang baru
  5. Menyewa operator untuk memperbaiki persediaan yang rusak
  6. Menetapkan proses untuk memanajemenkan kondisi dan jumlah dari jenis persediaan yang berbeda
  7. menyewa orang untuk melakukan pengendalian persediaan yang terkomputerisasi


Keempat sumber waste tesebut juga akan meningkatkan biaya administrasi, biaya material langsung, biaya buruh langsung atau tidak langsung, dan biaya overhead seperti: depresiasi, listrik, dan sebagainya. Cara mengeliminir hal ini adalah dengan mempelajari bagaimana sistem kanban bekerja.


Apakah kanban itu?


Kanban adalah alat untuk mencapai produksi JIT(just in time). Merupakan sebuah kartu yang biasanya ditaruh pada amplop vinyl rektangular. Dua jenis kanban yanmg biasa digunakan: kanban permintaan (withdrawal kanban) dan kanban pemesanan produksi (production-ordering kanban). Kanban permintaan menspesifikasikan jenis dan jumlah produk di mana proses yang selanjutnya harus meminta dari proses sebelumnya, sedangkan kanban pemesanan produksi menspesifikasikan jenis dan jumlah produk dari proses sebelumnya ynag harus diproduksi. Kanban pemesanan-produksi sering juga disebut Kanban dalam-proses atau hanya kanban produksi.


Jenis kanban yang lain juga ada. Untuk membuat permintaan dari vendor/penyalur, digunakan kanban penyalur (supplier kanban). Kanban penyalur berisi petunjuk permintaan penyalur subkontrak mana yang akan mengantarkan suku cadang.


Selanjutnya, untuk menspesifikasikan lot produksi dalam diecasting, punchpress, atau forging process, sebuah sinyal kanban dipergunakan. Ada dua jenis sinyal kanban,yaitu: kanban triangular dan kanban kanban penuntutan-material. Kanban triangular dibuat dari bahan logam dan lumayan berat, sedang kanban penuntutan-material menspesifikasikan titik pemesanan-kembali dari kebutuhan material.


Aturan Kanban


Untuk merealisasikan maksud JIT dari kanban, aturan-aturan berikut harus diikuti:


  1. Proses lanjutan harus menarik produk yang diperlukan dari proses sebelumnya dalam jumlah yang diperlukan pada waktu diperlukan.


Keberhasilan penerapan aturan ini bergantung pada penjaminan pekerja bahwa sistem ini berguna dan mudah dijalankan. Aturan ini akan mungkin ditemui dengan banyak hambatan karena membutuhkan perubahan lengkap dari sistem produksi sebelumnya.


Subaturan yang menjadi bagian dari aturan ini adalah:


    • Setiap penarikan tanpa melalui kanban harus dilarang
    • Setiap penarikan yang lenih besar dari jumlah kanban harus dilarang
    • Sebuah kanban harus selalu ditempelkan pada produk fisik.


Penghalusan produksi atau peningkatan produksi harian, adalah kondisi yang diperlukan untuk suatu penarikan dan produksi lot-kecil dari proses yang berkelanjutan, dan yang terpenting adalah menerapkan aturan 1. Penghalusan produksi, contohnya: hanya jika sistem kanban diterpakan untuk menarik parts dari perusahaan subkontrak luar, maka kanban merupakan senjata yang sangat berbahaya dan kegunaan aslinya akan hilang. Subkontraktor membutuhkan persediaan, peralatan, dan tenaga manusia dalam jumlah besar untuk merespon permintaan yang berfluktuasi dari pemanufaktur.


Bagaimanapun, bahkan jika aturan 1 diterapkan, produksi JIT tidak dapat dengan mudah dicapai karena sistem kanban semata-mata hanyalah alat dispatching untuk kegiatan produksi aktual setiap hari pada setiap proses. Sebelum memasuki fase dispatching pekerjaan dengan kanban, perencanaan keseluruhan dari seluruh pabrik harus dibuat terlebih dahulu.


  1. Proses sebelumnya harus memproduksi produknya dalam jumlah yang ditarik oleh proses selanjutnya


Ketika aturan kanban 1 dan 2 diamati, semua proses produksi dikombinasikan sehingga menjadi semacam baris pengangkutan. Penyeimbangan dari waktu produksi pada kesemua proses akan dipelihara dengan mengamati secara ketat kedua aturan ini. Jika masalah timbul pada proses manapun, keseluruhan proses mungkin berhenti, tetapi keseimbangan di antara proses tetap dijaga. Maka dari itu, sistem produksi Toyota adalah struktur yang merealisasikan suatu baris pengangkutan yang ideal dan kanban sebagai sarana yang menghubungkan semua proses. Sebagai hasilnya, persediaan yang disimpan oleh setiap proses sebelumnya akan terminimisasi.


Subaturan untuk aturan kedua adalah:


    • Produksi lebih besar dari jumlah pada lembar kanban harus dilarang
    • Ketika berbagai bagian parts akan diproduksi pada proses sebelumnya, produksinya harus mengikuti urutan asli di mana setiap jenis kanban telah diantarkan
  1. Produk yang rusak jangan pernah dikumpulkan ke proses selanjutnya


Sistem kanban itu akan hancur dengan sendirinya kecuali aturan ketiga dipatuhi. Jika beberapa bagian rusak ditemui, maka proses selanjutnya dengan sendirinya membuat baris berhenti karena tidak ada unit ekstra dari persediaan dan mengirim bagian yang rusak ke proses sebelumnya. Baris pemberhentian seperti ini dari proses selanjutnya adalah sangat jelas dan terlihat oleh setiap orang. Juga, operasi yang rusak harus dieliminasi untuk menjamin penarikan ritmik dari proses sebelumnya. Standardisasi dari pekerjaan, maka dari itu, salah satu dari syarat mutalk sistem kanban.





  1. Jumlah kanban harus diminimisasi


Karena jumlah kanban mencerminkan persediaan maksimum dari part, maka harus diusahakan sekecil mungkin. Jumlah total dari setiap kanban diusahakan tetap. Maka dari itu, ketika permintaan rata-rata harian telah meningkat, lead time harus dikurangi. Ini membutuhkan penurunan waktu siklus dari operasi standar rutin dengan penyesuaian perubahan alokasi pekerja.


  1. Kanban harus digunakan untuk mengadaptasi fluktuasi permintaan yang kecil


Pemasangan produksi secara baik dengan kanban mengacu kepada sifat yang paling menarik dari sistem kanban: Kemampuan adaptasi pada perubahan permintaan yang mendadak atau produksi darurat. Perusahaan yang tidak menggunakan sistem kanban akan kekurangan wahana untuk bertindak atas hal itu, perubahan permintaan yang tidak diperkirakan. Sistem pengendalian terpusat biasa menentukan jadual produksi dan mengeluarkan proses produksi simultan; maka dari itu, perubahan permintaan yang mendadak akan membutuhkan sedikitnya tujuh sampai sepuluh hari interval sebelum jadual dapat diperbaharui dan dikeluarkan ke pabrik,interval waktu bagi komputer untuk mengcompile dan mengkalkulasi data terbaru. Sebagai hasilnya, berbagai produksi akan menghadapi pemutusan dari waktu ke waktu, menumbuk perubahan kebutuhan produksi; Masalah ini akan membentuk proses yang produksi yang kurang halus.


Perusahaan yang menggunakan sistem kanban, di lain pihak, tidak mengeluarkan produksi rinci secara simultan ke proses sebelumnya selama sebulan.; setiap proses hanya bisa mengetahui apa yang diproduksi ketika kanban pemesanan-produksi dilepaskan dari kontainer pada penyimpanannya. Hanya baris akhir perakitan yang menerima jadual rangkaian untuk produksi harian dan jadual ini ditampilkan pada komputer yang menspesifikasikan tiap unit yang akan dirakit berikutnya. Sebagai hasilnya, meskipun perencaan bulanan yang ditentukan sebelumnya meminta pembuatan enam unit A dan empat unit B sehari, perbandingan ini dapat di balik pada akhir hari.


Fungsi Kanban


Fungsi kanban dapat dijabarkan sebagai berikut:


  1. Merangsang timbulnya inisiatif tenaga kerja di lapangan
  2. Sebagai alat pengendali informasi
  3. Mengendalikan persediaan
  4. Menambah rasa memiliki di antara pekerja
  5. Menyederhanakan mekanisme manajemen kerja
  6. Memungkin manajemen kerja secara visual di lapangan


Model Kanban


Formula Jumlah Kanban:


(Jumlah Kanban) =
(permintaan rata-rata selama lead time) + (safety stock)
(kapasitas kontainer)

Contoh "kartu" Kanban


Warna sesuai dengan identifikasi pekerjaan
No.Pesanan Produksi::
Nama Perusahaan:
Nama Pabrik:
Warna sesuai dengan identifikasi pekerjaan

Nomor Part:


Deskripsi:

Lokasi berikutnya:
Jenis Paket:
Kuantitas per pak:




Referensi


Kanban Applications in Toyota, http://www.ug.bcc.bilkent.edu.tr/~niyazi/toyot.html, Internet, 1998
Ogawa, Eiji,
Manajemen Produksi Modern, Pengalaman Jepang, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas indonesia, 1986.Taylor, Bernard W, Roberta S Russel, Production and Operations Management, New Jersey: Prentice-Hall, 1995

14 prinsip perusahaan toyota


14 Toyota principle

  1. Ambil keputusan manajerial anda berdasarkan filosofi jangka panjang, meskipun mengorbankan sasaran keuangan jangka pendek.
  2. Proses yang benar akan memberikan hasil yang benar.
  3. Gunakan sistem “tarik” untuk menghindari produksi berlebih.
  4. Ratakan beban kerja (heijunka), bekerjalah seperti kura-kura dan tidak seperti kelinci.
  5. Bangun budaya berhenti untuk memperbaiki masalah dan untuk memproleh kualitas yang baik sejak awal.
  6. Standar kerja merupakan fondasi dari peningkatan berkesinambungan dan pemberdayaan karyawan.
  7. Gunakan pengendalian visual agar tidak ada masalah yang tersembunyi.
  8. Gunakan hanya teknologi handal yang sudah benar-benar teruji untuk membantu oaring-orang dan proses anda.
  9. Kembangkan pemimpin yang benar-benar memahami pekerjaannya, menjiwai filosofi dan mengajarkannya kepada orang lain.
  10. Kembangkn orang dan kelompok yang memiliki kemampuan istimewa, yang menganut filosofi perusahaan anda.
  11. Hormati jaringan mitra dan pemasok anda dan memberi tantangan mereka dan membantu mereka melakukan peningkatan.
  12. Pergi dan lihat sendiri untuk memahami situasi sebenarnya (genchi genbutsu).
  13. Buat keputusan secara perlahan-lahan melalui konsesnsus, pertimbangkan semua pilihan dengan seksama; kemudian implementasikan keputusan itu dengan sangat cepat.
  14. Menjadi suatu organisasi pembelajar melalui refleksi diri tanpa kompromi (hansei) dan peningkatan berkesinambungan (kaizen).

Rabu, 09 Maret 2011

Kerajaan Manta di Kepulauan Derawan

Pari manta adalah spesies ikan pari berukuran paling besar di dunia. Jenis paling besar bisa tumbuh hingga mencapai 7 meter dengan berat lebih dari 2 ton. Saya mengunjungi salah satu kerajaan manta di Indonesia yang terletak di perairan sekitar Pulau Sangalaki, Kepulauan Derawan, Berau, Kalimantan Timur.
Foto: Yahoo!/Famega Syavira
Ikan dengan nama latin Manta birostris ini akan menampakkan diri saat air pasang. Air pasang membawa serta plankton yang merupakan makanan kesukaannya. Tandanya, air laut yang semula biru jernih mulai berwarna keruh akibat plankton.

Pulau Sangalaki bisa dicapai dalam satu jam perjalanan dengan kapal motor dari Pulau Derawan. Tak lama setelah tiba, kami melihat manta mulai berdatangan dan berenang tepat di bawah permukaan air. Kami mencebur ke laut, beberapa puluh meter dari manta. Speedboat tak boleh terlalu dekat karena bisa menakuti binatang jinak itu.

Saya lalu berenang sekuat tenaga untuk mencapai manta. Bukan berenang sebenarnya, karena saya sama sekali tak bisa dan tak tahu teknik berenang. Tepatnya, berusaha menggerakan badan untuk maju. Beruntung, manta berenang langsung ke arah saya.

Sosoknya yang hitam dan menyeramkan membuat saya terdiam sementara dia terus menuju pada saya. Wujudnya sangat besar dengan mulut lebar mengingatkan saya pada pari berekor tajam yang bisa membunuh manusia. Padahal, manta yang ini tak berbahaya. 

Sesaat sebelum kami bertabrakan, manta meliukkan tubuhnya ke dasar. Gerakannya anggun sekali seperti penari. Dia lalu meliuk lagi kembali ke arah kedatangannya. Manta berenang cepat dan saya hanya terpaku menatap kepergian si manta hitam anggun.


Photo credits - ThinkStock

Tak hanya satu manta yang muncul, ada beberapa yang berenang di sekitar. Binatang ini juga dikenal suka melompat ke permukaan air. Jika beruntung, manta bisa muncul bergerombol dalam jumlah banyak. Tempat ini juga merupakan titik kesukaan para penyelam karena keindahannya. Sayang, saya tak bisa menyelam.

Manta hanya satu dari ratusan ikan yang hidup di perairan ini. Setidaknya ada 872 macam ikan karang yang menghuni daerah ini dengan enam macam spesies lumba-lumba dan tiga jenis paus.

Saya mengunjungi Derawan atas undangan dari The Nature Conservancy, lembaga nirlaba yang bekerja untuk menjaga kelestarian ekosistem laut kepulauan ini. Saat ini Kawasan Konservasi Perairan Berau menghadapi banyak ancaman, seperti perusakan terumbu karang, penangkapan penyu secara ilegal dan penangkapan ikan tak ramah lingkungan dengan racun dan bom.


Foto: Yahoo!/Famega Syavira

Padahal, kepulauan Derawan adalah daerah dengan terumbu karang terkaya kedua di dunia. Luas terumbu karangnya tak kurang dari 66 ribu hektar. Keanekaragaman terumbu karang di daerah ini berjumlah lebih dari 507 spesies, hanya dapat dikalahkan oleh keragaman di Kepulauan Raja Ampat, Papua.

Kepulauan ini juga menjadi pusat bertelur penyu hijau alias Chelonia mydas. Hampir setiap malam ada penyu hijau yang bertelur di sudut gelap pantai. Ada pula penyu sisik atau Eretmochelys imbricata yang sangat langka.

Danau Purba Kakaban

Setelah puas bermain bersama manta, kami melanjutkan perjalanan ke perairan sekitar Pulau Kakaban. Pulau ini istimewa karena ditengahnya ada danau purba berisi air asin. Danau itu semula adalah laguna yang berubah wujud akibat proses pengangkatan daratan berjuta tahun lalu. Air laut beserta seluruh isinya terperangkap di tengah membentuk ekosistem unik.

Foto: Yahoo!/Famega Syavira

Kakaban dihuni empat macam ubur-ubur yang telah kehilangan daya sengat. Ubur-ubur tak menyengat ini hanya ada di dua tempat di dunia. Selain Kakaban mereka bisa ditemukan di Republik Palau, salah satu negara di Kepulauan Pasifik.

Ubur-ubur memenuhi danau seperti cendol. Aurelia aurita berbentuk seperti piring lebar bening. Cassiopeia ornata berenang terbalik dengan tentakel di atas. Martigias papua berwarna coklat dengan jumlah paling banyak. Kami berlomba mencari Tripedalia cystophora, ubur-ubur seujung kuku yang paling jarang ditemukan.

Danau itu punya sistemnya sendiri untuk menyeimbangkan populasi Di dasar danau ada anemon pemangsa ubur-ubur. Ukurannya sebesar jari, berwarna putih transparan dengan sulur. Coba saja dekatkan ubur-ubur ke sulur, dia menyantap ubur-ubur itu dengan mengisapnya.

Untuk menuju ke danau kami harus melalui dermaga kayu menuju hutan lebat. Tangga bersambung masuk dalam hutan, menaiki bukit. Danau ada di balik bukit kecil itu. Setelah berjalan beberapa ratus meter, upaya naik ke atas bukit terbayar sudah. Langit dan laut begitu biru. Udara segar bertiup dari pulau yang hijau.


Foto: Yahoo!/Famega Syavira

Kami langsung mencebur, lengkap dengan snorkel dan fin. Ubur-ubur banyak sekali dan mudah ditangkap. Rasanya seperti memegang jelly. Di tempat lain dengan ubur-ubur sebanyak ini, tak bakal ada orang yang berani berenang karena akan tersengat.
Hanya ada kami berlima dan pulau. Hanya terdengar bunyi tonggeret dan desir angin yang membuat kecipak kecil di permukaan danau. Suasana hening ini menambah kemisteriusan danau yang masih menyimpan banyak rahasia yang belum terungkap.

Panduan Singkat Bertualang ke Pulau Sumba

Berikut panduan singkat untuk bertualang di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.

Menuju Sumba

Pulau Sumba dapat dicapai melalui udara lewat dua bandaranya. Bandar udara Tambolaka di Sumba Barat dan Bandar Udara Umbu Mehang Kunda di Sumba Timur.

Penerbangan dilayani setiap hari oleh Merpati, Batavia dan Transnusa. Dari Jakarta pesawat akan transit di Denpasar, Bali sebelum melanjutkan perjalanan ke pulau ini. Penerbangan oleh Merpati bertujuan akhir ke Kupang, dengan jalur Denpasar-Tambolaka-Waingapu-Kupang dan sebaliknya. Perjalanan udara dari Tambolaka ke Waingapu memakan waktu kurang dari 10 menit, saat yang tepat untuk mengamati Sumba dari udara.

Pulau ini juga bisa dicapai melalui laut dari pelabuhan Sape, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat dan Kupang, Nusa Tenggara Timur.


Transportasi

Jangan lupa membawa peta pulau maupun peta kota untuk memperkirakan jarak dan lokasi. Peta dapat diunduh dari beberapa situs panduan perjalanan.

Kondisi jalan utama yang menghubungkan kota-kota utama di Sumba sudah relatif baik. Jalan-jalan yang lebih kecil masih banyak mengalami kerusakan, berlubang dan berlumpur saat hujan. Ada beberapa jembatan yang masih dalam perbaikan sehingga pengendara kendaraan bermotor harus menyeberangi sungai.

Transportasi umum tersedia pada jalur-jalur utama. Angkutan antar kota menggunakan mobil elf, biasanya sangat penuh sampai penumpang bergelantungan di pintu dan atap mobil. Jalur menuju daerah yang lebih terpencil dilayani oleh beberapa truk dengan jadwal tak menentu.

Dua kota besarnya, Waingapu dan Waikabubak dapat dicapai dengan travel seharga Rp 50 ribu dengan waktu tempuh 5 jam. Travel akan menjemput dan mengantar penumpang ke tempat tujuan.

Pengelola hotel biasanya bisa membantu mencari motor maupun mobil yang disewakan. Tarif penyewaan motor lengkap dengan pemandu Rp 200 ribu. Adapun tarif sewa mobil mulai Rp 400 ribu.

Kuliner dan suvenir

Hampir tidak ada makanan khas yang dijual di Sumba. Ditambah lagi, jarang sekali ada warung yang menjual makanan. Tempat makan hanya ada di pusat kota. Meski sebagian besar penduduk beragama Kristen, makanan halal dapat diperoleh dengan mudah. Jika ingin pergi jauh seharian ke daerah terpencil, sangat disarankan untuk membawa bekal dari kota.

Oleh-oleh khas Sumba adalah ikat tenun. Beberapa kampung adat juga merupakan penghasil ikat tenun terbaik. Sempatkan melihat proses tenun dan pewarnaan dengan menggunakan bahan alami yang didapat dari alam. Motif tenunan berbeda di masing-masing daerah. Sumba barat punya tenunan bermotif lebih sederhana dari Sumba Timur.

Menginap

Ada beberapa pilihan menginap murah seharga Rp 100 ribu sampai Rp 500 ribu, terutama di ibukota kabupaten. Biasanya hotel juga menyediakan transportasi dari dan menuju bandara. Ada pula pilihan untuk menginap di resort berbintang seperti Nihiwatu di Sumba Barat.

Pilihan waktu terbaik

Pejalan yang berkunjung pada musim hujan akan bertemu Sumba yang hijau, basah dan bersyukur atas hujan. Padang sabana terbentang seperti karpet hijau sejauh mata memandang.

Mengunjungi Sumba pada musim hujan artinya harus siap menembus jalan yang berubah menjadi kolam berlumpur. Pada umumnya kondisi jalan utama Sumba sudah cukup bagus. Namun untuk menuju pantai maupun kampung adat di pedalaman, perjalanan harus melewati jalan tanah yang akan becek ketika hujan turun.

Tak demikian keadaannya pada musim kemarau. Saat itu padang hijau akan diganti warna cokelat karena rumput kekeringan. Sumba memang masyhur dengan cuacanya yang panas dan kering. Taufik Ismail dalam puisinya yang berjudul Beri Aku Sumba menceritakan Sumba sebagai "cuaca tropika, kering tanpa hujan ratusan hari."

Saat musim panas, transportasi menuju tempat terpencil lebih mudah. Langit nampak biru dengan malam penuh bintang sehingga memungkinkan petualangan di alam bebas seperti hiking atau berkemah.

Upacara adat

Selain memperhitungkan cuaca, waktu terbaik untuk melakukan perjalanan di pulau ini adalah saat digelarnya upacara adat. Upacara yang sayang untuk dilewatkan adalah Pasola, "perang" dua pasukan berkuda dengan cara melempar lembing dari atas kuda.

Upacara adat Pasola digelar empat kali setahun di empat tempat berbeda, biasanya pada Februari dan Maret. Hanya pemuka adat yang bisa menentukan kapan tanggal pasti Pasola digelar, karena upacara ini harus dilakukan bertepatan dengan munculnya cacing Nyale dari laut.

Upacara dimulai sejak dini hari dengan kegiatan mencari nyale di pantai. Sesudahnya barulah para rato bersiap di atas kuda, tanpa pelana. Pasola merupakan kegiatan yang berisiko tinggi karena melibatkan . Peserta Pasola tak takut darah yang tumpah. Luka dianggap biasa dan kematian tak menyisakan dendam.

Adapun pada bulan Oktober atau November terdapat upacara penutupan Wula Podu di Waikabubak, Sumba Barat. Wula podu adalah bulan larangan yang berlaku di Kampung Tarung, Prai Klembung dan Waitabar. Pada bulan larangan para penghuni kampung banyak dilarang melakukan berbagai kegiatan - bahkan tak boleh menangisi keluarga yang meninggal. Pada akhir Wula Podu penduduk mengadakan pesta adat yang sangat meriah dengan korban binatang dan tari-tarian.

Upacara pemakaman juga menjadi atraksi menarik bagi para turis. Pemeluk kepercayaan Marapu percaya bahwa orang mati membutuhkan bekal untuk pergi ke alamnya. Jenazah akan dibungkus dengan berlapis-lapis kain tenun, diiringi dengan penyembelihan korban hewan dalam jumlah banyak. Puluhan kerbau, puluhan babi dan ratusan ayam dipercaya bisa menjadi bekal almarhum menjadi roh penghuni Marapu.

Semua upacara ini tidak diadakan secara teratur menurut kalender masehi. Untuk mengetahui kapan upacara-upacara ini diadakan, sebaiknya hubungi biro perjalanan maupun hotel sebelum merencanakan perjalanan.